Thursday 19 March 2015

Perjuangan Mengejar Cita-Cita

Halo selamat siang!
Kali ini aku mau cerita tentang pengalaman menarik yg mungkin lumayan yaa buat di share disini hehehe. 

Sejak aku duduk di bangku SMP, aku suka banget dengan musik, dan memiliki cita-cita kelak ingin kuliah di jurusan seni atau conservtory of music di sebuah universitas swasta di Jakarta (sensor yah jangan sebut merk hehehe). Tapi setelah waktu berjalan, sepertinya keinginan saya tidak sejalan dengan keinginan orangtua, hehehe. Saat SMA saya masuk IPA, masuk IPA bukan karena saya pintar atau cerdas dalam hitung-hitungan, tapi karena orangtua menyarankan utk masuk IPA supaya kelak kalau daftar kuliah, bisa lebih luas pemilihan jurusan nya. Well padahal menurutku, masuk IPA atau IPS that's the same, tergantung bagaimana cara kita menikmati dan menjalani nya.

Aku ingat saat itu aku masih duduk di kelas 2 SMA, saat itu aku merasa lelah dan benar-benar merasa susah menghadapi pelajaran-pelaharan inti IPA yaitu fisika dan kimia. But I love Biology so much! Kebetulan, saat itu sekolah aku mengajarkan betul-betul tentang entrepreneurship. Dan saya pernah 2x mengikuti kompetisi Marketing Mixed Management yg diadakan oleh jurusan Manajemen sebuah universitas elit di Surabaya. 1x kalah, dan tahun berikutnya, sampai semifinalis. Dan dari situ aku mengenal dan sedikit belajar, gimana sih kehidupan di kampus? Gimana sih kehidupan kuliah? Aku juga ikut tour de campus di universitas tersebut. Dan saya benar-benar impressed dengan kampus itu. Bayangkan, setiap kelas memiliki lantai dengan karpet abu-abu tebal. Lalu bangku-bangku nya besar dan kuat, karena bangku tersebut dibeli langsung import dari amerika :D 
Kuliah bak di mall. Suasana kaca-kaca, tidak hanya tembok. Perpustakaan nya hampir mirip dengan toko buku di sebuah negara maju, tidak terlihat seperti perpustakaan. Fasilitas the best deh pokoknya. Itulah rasanya saya benar-benar tidak sabar ingin menginjak di bangku kuliah. 

Ketika itu, saya bercita-cita untuk menjadi dokter gigi, dan bertekad untuk harus bisa menjadi dokter gigi. Karena saya ingin bekerja dengan cara menolong orang lain, meminimalisir sakit yg mereka rasakan, dan bisa melihat senyum mereka setelah sakitnya agak mereda. Dan jujur, saat itu terjadi perang batin karena saya lelah dan merasa sangat kesusahan dengan pelajaran IPA. Karena saya tidak bisa dengan yg namanya hitungan. Dan di IPA itu gudangnya hitung-hitungan. Can you imagine that -_-
Sampai saya pernah terpikir untuk kuliah masuk di jurusan IPS saja, yg kiranya tidak ada perhitungan nya sama sekali. Disitu saya merasa perang batin yg gimanaaaaa gitu. Di satu sisi saya pengen jadi dokter gigi, di sisi lain saya sudah lelah dengan ini semua.
Dannnnnnnn..... Finally aku memutuskan untuk menghadapi semuanya dan bertekad keras untuk tetap melanjutkan cita-cita jadi dokter gigi :)

Saat itu, tahun 2012. (Yah jadi ketauan dong yaa aku angkatan berapa) :p
Saya ngga ikut SNMPTN Undangan karena nggak dapet. Lalu saya mendaftar SNMPTN Tulis, IPC. Jurusan yg saya pilih adalah : Kedokteran Gigi, Manajemen, dan Ilmu Komunikasi (fisip), dan di universitas yg sama, karena saya tidak mau kuliah jauh-jauh, cukup di sini-sini aja, hehehe.
Mengapa? Karena, KETIKA ITU (ketika itu-nya pake caps lock, supaya jelas), saya berpikir bahwa di ke-3 jurusan itu tidak ada hitungan nya sama sekali. Karena saya sudah bertekad jadi dokter gigi, dan kalaupun tidak keterima di FKG, saya bisa kuliah di jurusan yg bagus dan tdk ada hitungan nya.

Saya dapet tempat test di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga. Test nya 2 hari, dan saya kebagian tempat duduk belakang sendiri, tepat depan nya AC. Jadi waktu ngerjain test nya rasanya bener-bener sekuat tenaga menahan supaya enggak merem ketiduran hahaha.
Hari pertama, dari awal masuk kelas, sampai tes berakhir, saya ditemani oleh mama, papa, nenek, adek. Untung aja nggak se-RT di ajak semua ya. Tetapi saya merasa sangat bersyukur karena keluarga sangat perhatian. Dan itu nunggunya lamaaa sekali, secara kan tes nya berjam-jam. 
Dan pada hari ke dua, saya tetap diantar mama papa adek nenek tetapi ditemani oleh kakak sepupu saya dan pacarnya, sampai pacarnya itu ketiduran kriyep-kriyep nunggu aku selesai test. How lucky I am to have a superb family :)

Well lalu nunggu sebulan untuk pengumuman SNMPTN tulis nya. Dan waktu yg ditunggu-tunggu pun tiba.
Saat itu pengumuman akan dibuka jam 6 sore. Dan sejujurnya saya ga ada pikiran apa-apa. Saya sudah daftar di 2 universitas swasta, yg 1 jurusan manajemen, dan yg 1 jurusan manajemen perbankan, di kota Surabaya juga. Dan persemesternya bayarnya hampir sama dengan b*nus yg mahal ngetss :p
Akhirnya, saat yg ditunggupun tiba. Saya ga bisa membuka website penerimaan. Karena segitu crowded nya sampe error. Dan alhasil saya download lewat Kompas, dimana itu download nama yg keterima dari sabang sampai merauke dan saya kudu cari satu per-satu dimana nama saya berada *krik krik*
Dannn, ternyata ada nama saya!! Dan keterima di jurusan yg hanya ditulis kode nya. Oh God............ bikin penasaran aja. 
Dan setelah cek kode di kartu peserta, ternyata saya keterima di jurusan manajemen. 
Saya seneng sekali!! Tapi di satu sisi, ada rasa sedih yg sebenarnya ga mau saya akui, karena nanti kesan nya tidak bersyukur. Tapi sejujurnya, saya sangat senang.

Setelah saya menjalani kuliah, disini saya merasa salah jika menganggap bahwa kuliah jurusan manajemen itu nggak ada hitungan nya! Hahahaha
Hitungan nya banyak, dan kita harus kuat dalam hal menghitung. Oh my God...
Semester awal, sudah kena mata kuliah Matematika Ekonomi, Pengantar Akuntansi, dan Pengantar teori ekonomi makro, mikro, dimana 2 mata kuliah itu sudah menelan banyak korban. Hehehe

Jujur, ketika semester-semester awal saya masih belum bisa move on dari kedokteran gigi. Saya sering sekedar jalan-jalan atau makan di fakultas kedokteran dan kedokteran gigi, hanya untuk sebagai shock terapi (halah), dan sebagai penyegar hati. Meski ujung-ujungnya bukan nya senang tapi saya malah miris melihat mereka-mereka memakai jas putih, maupun jas lab. Membawa perlengkapan dental kit mereka dalam sebuah box. Sedih rasanya hati ini.
Saya membeli gantungan kunci yang berhubungan dengan gigi. Membeli barang-barang yg bisa dibilang tidak perlu untuk dibeli (bentuk gigi-gigi-an), dan waktu saya berulang tahun, teman-teman saya kasih kado boneka berbentuk gigi yg sangaaatttt lucuuuu. Terharu. Thanks guys :')
Jika sedang iseng ke perpustakaan, buku yg saya ambil adalah Sobotta, atau sekedar buku-buku ringan tentang obstetri ginekologi (padahal engga paham baca nya), karena hanya merasa sedikit senang ketika melihat buku dengan gambar-gambar yang berhubungan dengan medicine. Saya bahkan juga pernah iseng membeli kamus kedokteran yg teballl sekali di toko buku. Hahaha. How weird I am, huh?
Saya juga pernah pinjem majalah nya IDI yg berisi artikel-artikel ilmiah (yg sesungguhnya saya baca pun tidak mengerti artinya), dan sampai sekarang belum saya kembalikan hehehe. Tapi entah kenapa merasa senang membaca hal itu dan tidak pernah merasa jenuh/bosan.
Saya sangat senang melihat profesi dan bacaan tentang itu, karena menurut saya itu adalah mulia.

Tahun awal adalah tahun yg berat bagi saya, karena saya belum bisa move on, selalu dihantui bayangan cita-cita awal saya, tidak bisa tidur, terkadang sering melamun tidak jelas, galau ga jelas, dan harus berusaha keras 'banting setir' ke bidang yang saya tidak pernah sama sekali pelajari sebelumnya. But, life must go on, right. Kalau saya terus2an galau, mau sampai kapan?
Meski sebenarnya saya masih tidak patah semangat dan mengikuti SNMPTN tulis pada tahun 2013, dengan pilihan: Fakultas kedokteran gigi **air, Fakultas Kedokteran Gigi univ bra******, dan Fakultas Kedokteran Gigi univ jemb**. Saat itu tempat test nya kebagian di SMPN 19 surabaya. Hasilmya, saya gagal lagi.
Pada tahun terakhir, yaitu 2014, karena batas usia saya, saya ikut SNMPTN tulis (lagi), utk ke 3x nya dengan pilihan hanya 1 : Fakultas Kedokteran Gigi unair. Tempat tes kebagian di fakultas teknik perkapalan ITS. Dan, untuk ke 3x lah saya gagal lagi.
Bisa dibayangkan ngga gimana rasanya itu? Hehehe..

Pada tahun ke 2, atau lebih tepatnya semester 4 (2014), baru saya merasa bisa agak move on dari itu semua. Karena saya berpikir, bahwa apapun yg Tuhan kasih untuk kita, tugas kita adalah menjalani dengan sepenuh hati, tanpa mengeluh, dan tanpa lelah. Karena tugas kita hanya untuk belajar, dan tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan belajar seperti yang telah aku dapatkan.
Dan pekerjaan mulia tidak hanya dokter, semua pekerjaan itu mulia, tergantung bagaimana cara kita menjalani dan menekuni nya :)

Sepertinya sekian dulu yaa ceritanya. Besok saya akan post tulisan lagi yg kiranya menarik untuk di share. 
Thanks guys and see you! :D

1 comment:

  1. SEMANGKAAAA... semangat jadi anak manajemen ya !!!!

    ReplyDelete