Sunday 26 April 2015

Parno Naik Pesawat

Pertamakali saya naik pesawat itu kalau ga salah SD, tapi lupa kelas berapa. Ingetnya itu dari Surabaya ke Bali. Perjalanan singkat di udara.
Sejak pertamakali naik pesawat sampai sekarang, udah nggak kehitung udah naik pesawat berapa kali. Tapi nggak pernah takut kalau naik pesawat. Yaaa feel biasa aja, kayak naik mobil atau naik motor atau naik kereta atau naik kapal, biasa biasa aja.
Saya juga pernah mengalami penerbangan di cuaca tidak baik, turbulence yg banyak, tapi ya tetep merasa biasa, tidak ada sesuatu yang berbeda.

Tapi, ada satu kejadian dimana itu terjadi di bulan awal di tahun 2015 ini. Yaitu, pertamakalinya dalam hidup saya, saya bener-benar parno dan takut naik pesawat! Well sblm diceritain, mau intermezo dulu. Inget kan kejadian pesawat Airasia QZ 8501 tujuan Surabaya - Singapura yg jatuh di perairan selat karimata. Yg menewaskan semua penumpang dan semua awak kabin. Saya bener-bener mengikuti berita itu dari awal sampai akhirnya tidak disiarkan lagi di media. Turut berduka cita untuk keluarga korban, semoga yg ditinggalkan diberi ketabahan dan kekuatan. Dan sama-sama berdoa utk para korban semoga tenang di sisi Tuhan, amien.

Kejadian tersebut bener-bener meaningful buat saya. Karena saya berkali-kali naik Airasia QZ 8501 Suraaya tujuan Singapura. Selain karena harganya yang terjangkau, juga tanpa transit. Atau kadang naik Tiger Air, yang sama-sama low cost dan tanpa transit, tapi hanya 2x pernah naik Tiger. Sisanya lebih sering naik airasia.


Ini contoh tiket saya yang masih saya simpen dan sempet di capture.

Jadi singkat cerita, setelah kejadian tersebut saya terbang dari Surabaya ke Singapura tapi kali ini naik maskapai Jetstar Asia.
Kenapa Jetstar?
Karena pilihan untuk sub-sin tanpa transit sejak kejadian tersebut hanya ada 3; Jetstar, Tiger Air, atau Garuda Indonesia.
Jetstar dan Tiger harga seat nya dibawah 1 juta, dan Garuda waktu itu 3juta sekian. Jadi saya memilih harga yang tengah-tengah yaitu Jetstar. Trus juga saya belum pernah naik jetstar, jadi saya pilihlah maskapai ini.
Dan setau saya, pesawat jetstar yang saya tumpangi dulunya milik Valu Air (krn masih ada tulisan nya). Entahlah mungkin Value Air sudah di merger oleh jetstar.

Beberapa hari sebelum penerbangan saya, sejujurnya saya nerveous banget, kepikiran. Kepikiran karena di pikiran saya ada banyak hal-hal negatif, banyak keparnoan. Yang menurut saya hal ini wajar, karena semua manusia pasti punya rasa takut jika telah terjadi kejadian yang tidak diinginkan.
Hari itu pun tiba. Penerbangan saya siang, jam 1 siang kalo tidak salah.
Sejak pertama saya duduk di bangku saya di dalam pesawat, yang ada dalam pikiran saya adalah, duh kapan cepat sampai, kapan landing dengan selamat (padahal take off aja belom hahaha)
Saya takut dan parno bukan karena maskapai yg saya tumpangi, Jetstar is the excellent LCC in the world. Yg bikin saya takut adalah pikiran saya sendiri, you know what I mean, Parno.

Awalnya saya berencana untuk full tidur saja selama penerbangan yg memakan waktu 2,5 jam itu. Dan, wow, saya sempet ketiduran saat pramugari masih siap-siap di cabin luggage, pengecekan penumpang, dll. Tapi, setelah captain menyatakan sudah siap untuk take off dan lampu tanda sabuk pengaman menyala sedari tadi, eh saya malah terbangun -_- Hahaha
Saya tarik napas panjang. Fuuuuhhhh

Akhirnya pesawat take off dengan mulus. Dan dimulailah penjualan makanan. Dan saya tidak bisa lagi untuk merem. Arrrgghh
Sayapun membeli makan nasi lemak, dan makan nya saya lama-lamain supaya perhatian saya ter-alihkan dari keparnoan saya sendiri. Dan sebenernya itu nggak mood makan, tapi saya paksain untuk tetep makan.
Saya duduk di tengah-tengah cabin, beberapa seat setelah window exit, dan duduk di seat E, alias di tengah-tengah. Di seat D itu laki-laki yg terpisah dari keluarganya, dan di seat F adalah adek saya yg masih duduk di kelas 1 SMP. Dan untungnya, adek saya menutup jendela karena alasan silau. Hahaha dan itupun menguntungkan bagi saya karena saya ga bakalan liat awan-awan dan seenggaknya itu mengurangi keparnoan saya :p

Dan, makanan saya pun habis. Saya jadi salting sendiri dan bingung harus melakukan apalagi karena tangan saya sudah mulai panas dingin :))))
Akhirnya, saya mengeluarkan handphone yang sudah di flight mode dan headset, lalu mendengarkan musik.
Saya berkali-kali liat jam. Duh masih sejam. Duh masih sejam 5 menit. Duh masih sejam 10 menit. You know that things is kill me slowly hahaha.
Dan dengerin lagu ternyata nggak seberapa ampuh bikin pikiran saya teralihkan. Lalu saya ke lavatory untuk pipis. Karena sebegitu nggak fokusnya, saya ceklek-ceklek pintu lavatory (toilet di pesawat) lalu salah seorang pramugari bernama Kate dengan nametag berlogo bendara Thailand bicara pada saya, "Sorry miss there are passenger there"
Dan ternyata saya nggak liat kalau lampunya masih warna merah. Wakakakak dan saya pun ketawa diikuti dengan Kate yg juga ikut tersenyum. Akhirnya saya menunggu duduk di kursi paling depan dan stelah orang itu usai saya pun masuk pipis.

Selesai pipis, lagi-lagi saya kembali ke tempat duduk saya dan kembali menyadari perjalanan masih lamaaaa diatas sini. Dan saya pun pasrah, dengerin musik saja, tidak peduli dengan tangan saya yang keringetan dan badan saya yang panas dingin. Sampai-sampai saya nggak sadar kalau sebenarnya mp3 saya itu repeat hanya di 1 lagu saja, yaitu di lagu berjudul Divine - Girl Generations.
Saya tidak menyadari saat itu. Sampai saya jadi bener-bener hapal lagunya :p

Dannnnnnn, waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba; Prepare to landing!
Dengan semangat 1945 saya memasukkan headset dan handphone saya ke dalam tas, memasang sabuk pengaman dengan kencang (dan mungkin saat itu begah banget tp udah pasti saya nggak sadar), dan mengembalikan sandaran kursi ke posisi semula, buka penutup jendela, dan duduk cantik menanti landing, meski landing yang sebenarnya adalah masih 30 menit lagi.

Detik-detik demi detik pandangan saya tidak teralihkan dari pemandangan luar. Keringat dingin di tangan saya sudah agak berkurang ketika saya liat pemandangan singapura dari atas dan pesawat sudah terbang rendah.
Dan singkat cerita, landing berjalan mulus. Dan saya nggak henti-hentinya mengucap syukur sama Tuhan dalam hati. Fuuuuhhh rasanya lebih lega daripada lega nya BAB.

Setelah sudah menginjakkan kaki di Changi Airport dan sudah melakukan imigrasi pegambilan bagasi juga, saya ngerasa laper, laper banget. Padahal tadi di pesawat saya udah makan nasi dan sekarang saya ngerasa laper banget. Efek karena paranoid kali ya. Parno menghabiskan banyak tenaga dan bikin lemes!
Dan sayapun menghabiskan 1 porsi besar burger nya BurgerKing, dan kentang porsi besar, dan minum yg porsi jumbo. Can you imagine a girl who is a monster food? Itulah saya saat itu. Hahaha :p

Dan ini pengalaman berharga buat saya karena baru kali ini saya takut naik pesawat padahal sebelum-sebelumnya nggak pernah takut. Dan sejak kejadian ini saya juga naik pesawat lagi, tapi saya nggak takut lagi naik pesawat, dan nggak panas dingin lagi kalau naik pesawat. Hahaha.
Mungkin itu yang dimaksud dengan masa transisi. Masa penolakan terhadap perubahan yang terjadi. Dan saya jadi punya pengalaman yang, apa ya? Dibilang lucu sih lucu bagi yang baca, dibilang menegangkan sih tapi saya ngga punya batangan jadi apanya yg tegang? Hahaha just kiding loh ya..

Quote :
That's why 'Have a Safe Flight' mean so much. You might lost your loves one in just a moment.
Al-fatihah..